Materi Dasar Kepecintaalaman
MAPETALA UNIB|Materi Dasar Kepecintaalaman|
Pecinta alam berasal dari dua suku kata “CINTA” dan “ALAM”. Secara
harfiah cinta berarti sebuah rasa yang timbul dari dalam kalbu yang
mendorong seseorang yang mempunyai rasa tersebut untuk melakukan sebuah
tindakan. Sedangkan alam berarti segala bagian yang terdapat dimuka bumi
baik hidup maupun mati. Secara luas Pecinta Alam didefinisikan untuk
seseorang yang memiliki rasa dalam kalbu terhadap segala bagian dari
bumi ini sehingga mendorong seseorang tersebut untuk melakukan sesuatu.
Sekarang pertanyaannya adalah apakah seseorang yang pecinta dan
penyayang binatang adalah seseorang pecinta alam ? atau seseorang
penggemar bunga itu juga seorang pecinta alam ?. dalam sekala kecil
jawabanya adalah “YA”. Mengapa karena mereka mempunyai rasa dari dalam
kalbu terhadap apa yang disukainya sehingga mendorong mereka melakukan
tindakan. Tapi disinilah pengertian Pecinta Alam dan kehidupannya atau
prinsip-prinsip dalam yang berlaku pada masyarakat.
Mengapa kegiatan mencintai alam begitu identik dengan bertualang mendaki gunung, merayap ditebing-tebing terjal ataupun menyusuri lorong-lorong gua yang gelap hanya diterangi seberkas sinar? Alam yang garang dan keras menjanjikan sebuah kehidupan yang dibungkus sebuah keindahan, sehingga seribu bahaya seolah merupakan daya tarik tersendiri bagi sekelompok orang. Itulah yang mendorong sebagian orang untuk mendaki gunung dengan tas ransel dipunggungnya, merayap ditebingan terjal atau menyusuri lorong gua yang gelap. Adalah hal yang tak lazim dilakukan orang lain kebanyakan, maka akan dilakukanya.
Mengapa kegiatan mencintai alam begitu identik dengan bertualang mendaki gunung, merayap ditebing-tebing terjal ataupun menyusuri lorong-lorong gua yang gelap hanya diterangi seberkas sinar? Alam yang garang dan keras menjanjikan sebuah kehidupan yang dibungkus sebuah keindahan, sehingga seribu bahaya seolah merupakan daya tarik tersendiri bagi sekelompok orang. Itulah yang mendorong sebagian orang untuk mendaki gunung dengan tas ransel dipunggungnya, merayap ditebingan terjal atau menyusuri lorong gua yang gelap. Adalah hal yang tak lazim dilakukan orang lain kebanyakan, maka akan dilakukanya.
Prof. Dr. Hamka (1983) dalam kutipan “Bahwasanya memperhatikan keindahan alam itu, menambah harga diri” ATLATHUM (Plato)
Seorang pecinta alam haruslah peka akan gejala alam, harus tau akan ciri alam, karena kita hidup ditengah-tengah alam, karena kita adalah bagian dari alam. Dari alamlah manusia akana menghadapi kesulitan atau hambatan-hambatan baik yang kecil ataupun berisiko besar. Disadari atau tidak manusia terdapat keinginan untuk mengalami kesukaran atau hambatan, apakah untuk kepuasan egonya ataupun untuk meniknati penderitaan itu sendiri (Babulhairien.2005)
Seorang pecinta alam haruslah peka akan gejala alam, harus tau akan ciri alam, karena kita hidup ditengah-tengah alam, karena kita adalah bagian dari alam. Dari alamlah manusia akana menghadapi kesulitan atau hambatan-hambatan baik yang kecil ataupun berisiko besar. Disadari atau tidak manusia terdapat keinginan untuk mengalami kesukaran atau hambatan, apakah untuk kepuasan egonya ataupun untuk meniknati penderitaan itu sendiri (Babulhairien.2005)
Secara garis besar, pecinta alam dibagi dalam dua bagian yaitu:
- Pecinta Alam Outdoor, yaitu pecinta alam yang bergelut dialam bebas dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing
- Pecinta Alam Indoor, yaitu pecinta alam yang kapasitas dan kemampuannya hanya cukup untuk didalam ruangan dan tidak aktif dialam bebas, dengan hanya memproses hasil penelitian didalam ruangan.
Tidak semua orang dapat mencintai alam dengan bergerak aktif dialam
bebas, tapi ada sebagian yang mempunyai keinginan yang kuat untuk
mencintai alam dan tidak bisa bergerak dialam bebas dengan segala
keterbatasnnya. Alam ini begitu indah, sungguh sangat rugi untuk
melewatkanya. Karena pada dasarnyaTuhan YME menciptakan alam dengan
segala isinya untuk kebahagiaan umat manusia, agar umat manusia itu
bersyukur kepadanya.
Sayid Mustafa Luthfi Al Manfaluhi dalam bukunya MAJDULIN, berkata tentang alam dan kebahagiaan : “Carilah kebahagiaan didalam rimba dan belukar, dibukit-bukit, dikebun dan kayu-kayu, didaun yang hijau dan bunga yang mekar, didanau dan sungai yang mengalir. Carilah bahagia pada sang surya, yang terbit pagi hari dan terbenam sore, pada awan yang sedang bergerak dan berkumpul, pada binatang yang sedang berkelap keli, pada burung yang sedang hinggap dan terbang,dan yang tetap ditempatnya. Carilah kebahagiaan dikebun bunga dekat rumahmu, dibadarnya yang baru dibikin dibarisan tamannya yang baru diatur. Carilah dipinggir sungai sambil berenung, dipuncak-puncak bukit yang didaki dengan payah, kedalam lurah yang dituruni. Carilah ketika mendengar aliran air ditengah malam, pada bunyi anginan sepoi-sepoi basah, pada persentuhan daun kayu yang hendak lurut, pada bunyi jangkrik tengah malam, dan bunyi kata ditengah sawah. Dalam semua yang disebutkan tadi itu tersimpanlah bahagia yang sejati, yang indah, mulia, murni, sakti yang menyuruh paham menjalar, menyuruh perasaan menjalar kedalam keindahan, menghidupankan hati yang telah mati, mendatangkan ketentraman yang sejati dalam lapangan hayat”.
Sayid Mustafa Luthfi Al Manfaluhi dalam bukunya MAJDULIN, berkata tentang alam dan kebahagiaan : “Carilah kebahagiaan didalam rimba dan belukar, dibukit-bukit, dikebun dan kayu-kayu, didaun yang hijau dan bunga yang mekar, didanau dan sungai yang mengalir. Carilah bahagia pada sang surya, yang terbit pagi hari dan terbenam sore, pada awan yang sedang bergerak dan berkumpul, pada binatang yang sedang berkelap keli, pada burung yang sedang hinggap dan terbang,dan yang tetap ditempatnya. Carilah kebahagiaan dikebun bunga dekat rumahmu, dibadarnya yang baru dibikin dibarisan tamannya yang baru diatur. Carilah dipinggir sungai sambil berenung, dipuncak-puncak bukit yang didaki dengan payah, kedalam lurah yang dituruni. Carilah ketika mendengar aliran air ditengah malam, pada bunyi anginan sepoi-sepoi basah, pada persentuhan daun kayu yang hendak lurut, pada bunyi jangkrik tengah malam, dan bunyi kata ditengah sawah. Dalam semua yang disebutkan tadi itu tersimpanlah bahagia yang sejati, yang indah, mulia, murni, sakti yang menyuruh paham menjalar, menyuruh perasaan menjalar kedalam keindahan, menghidupankan hati yang telah mati, mendatangkan ketentraman yang sejati dalam lapangan hayat”.
Apakah seorang pecinta alam harus bergaya urakan dengan jeans butut yang
sobek disana sini, baju kaos, memakai gelang segala tali, rambut
gondrong, atau kalau perlu kompor parafin digantungnya. Sehingga begitu
bangganya dia berjalan, orang lain berdecak kagum dan berkata “Pasti Pecinta Alam”.
Tapi tunggu dulu, seseorang yang mencintai alam terlebih dahulu harus
mencintai dirinya sendiri, itu akan terlihat dari pola kehidupannya
sehari-hari. Salah satu cermin tindakan mencintai diri sendiri adalh
dengan berpenampilan rapi dan sedap dipandang mata. Pecinta alam tidak
harus urakan dan tidak rapi, KARENA PECINTA ALAM BUKANLAH SEBUAH STYLE ATAU GAYA. Tapi adalh sebuah tindakan yang mendedikasikan dirinya mencintai diri sendiri, sesama makhluk hidup dan alam.
Berdasarkan hal diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang pecinta
alam adalah seorang peminat alam baik isinya maupun sifat-sifatnya yang
menyadari kedudukannya sebagai manusia dalam populasi yang hidup dalam
suatu ekosistem ditengah alam yang juga memiliki tanggung jawab moral
terhadap kelestarian alam sekitarnya.
Jadi dalam mengikuti kegiatan pecinta alam perlu disadari dan dipahami dengan jelas akan tujuan bagi dirinya sendiri, apakah hanya untuk gagah-gagahan, bertualang, rekreasi ataupun penelitian. Dengan menyadari tujuan pecinta alam, mudah-mudahan kita akan tahu makna dan daya gunanya serta mendapatkan yang terbaik untuk kita.
Jadi dalam mengikuti kegiatan pecinta alam perlu disadari dan dipahami dengan jelas akan tujuan bagi dirinya sendiri, apakah hanya untuk gagah-gagahan, bertualang, rekreasi ataupun penelitian. Dengan menyadari tujuan pecinta alam, mudah-mudahan kita akan tahu makna dan daya gunanya serta mendapatkan yang terbaik untuk kita.
“Putra-Putri Indonesialah yang lebih mampu menguasai alam
Indonesia. Oleh karena itu Putra-Putri Indonesia sendirilah yang dapat
berbicara dengan nalurinya untuk mengenal watak dan kepribadian Ibunya,
ibu Pertiwi dan Tanah Air Indonesia”. Soekarno
http://www.mapetalaunib.or.id/2014/08/materi-dasar-kepecintaalaman.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar